Tampilkan postingan dengan label empati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label empati. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Mei 2023

Menjadi Teman Bermain yang Empatis untuk Anak Berkebutuhan Khusus




Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan kosakata dan intonasi kalimat yang hati-hati oleh teman kita, Amir, menunjukkan kehati-hatian dan ketakutan akan datangnya sebuah bencana. Namun, tanpa menyadarinya, hal ini dapat membuat anak-anak berkebutuhan khusus merasa harga diri mereka terpinggirkan dan marah karena kehadiran mereka dianggap sebagai bencana. Artinya, apa yang kita ucapkan dapat dipahami sebagai suatu label yang mungkin dapat merendahkan harga diri anak berkebutuhan khusus, dan itulah pemicu kemarahannya.


Perilaku yang dianggap mengganggu oleh anak-anak berkebutuhan khusus terhadap anak lain adalah reaksi dan ungkapan perasaan mereka atas ketidaknyamanan mereka direndahkan, dikucilkan, dan diterima kehadirannya. Semakin sering mereka diperlakukan seperti itu, perilaku buruk dalam mengungkapkan perasaan mereka akan semakin kuat dan mengakar, membangun empati anak-anak untuk dapat menerima anak-anak berkebutuhan khusus sebagai teman bermain yang penting sebelum guru memberikan materi pengetahuan kepada semua anak.


Ketika kedua belah pihak telah saling menerima, mereka dapat bermain bersama-sama dan dengan mudah memperoleh pengetahuan selama proses belajar. Teman Amir yang mengingatkan Amir tentang saling menyayangi tentu tidak serta merta dapat memiliki sikap dan perilaku baik. Sebagai teladan, guru atau orang tua yang melakukannya terlebih dahulu menjadi contoh. Ada berbagai aktivitas permainan yang dapat membangun empati anak-anak lain terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.


Setelah bermain, guru dapat meminta anak-anak tentang perasaan mereka. Bagaimana jika mereka tidak bisa melihat? Bagaimana jika mereka berjalan hanya dengan satu kaki? Bagaimana jika mereka tidak bisa mendengar? Dan bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap teman yang memiliki kebutuhan khusus? Anak-anak berkebutuhan khusus seringkali menjadi kambing hitam atas kejadian buruk yang menimpa anak-anak lain, bahkan saat seorang anak dipukul oleh teman yang bukan berkebutuhan khusus, seringkali orang menduga bahwa anak berkebutuhan khusus yang melakukannya.


Pertemuan orang tua menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah bersama-sama. Menyepakati bagaimana semua orang dapat saling memahami. Kepala sekolah dapat meminta orang tua anak yang tidak berkebutuhan khusus untuk memposisikan diri. Bagaimana menjadi orang tua anak yang berkebutuhan khusus. Kepala sekolah juga dapat meminta orang tua berkebutuhan khusus untuk memfasilitasi anak mereka dan membantu guru selama proses pembelajaran sambil mendampingi anak berkebutuhan khusus. Orang tua sekaligus dapat menjadi teladan dan mencontohkan perilaku baik, bukan hanya kepada anak mereka, tetapi juga kepada anak-anak lain yang mungkin belum terbiasa atau tidak familiar dengan anak-anak berkebutuhan khusus.


Selain itu, penting bagi guru dan orang tua untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang pentingnya menghormati perbedaan dan keberagaman. Anak-anak perlu diajarkan untuk tidak membedakan atau merendahkan teman-teman mereka yang berkebutuhan khusus, melainkan menyayangi mereka sebagai teman bermain yang berharga. Guru juga dapat mengenalkan konsep empati kepada anak-anak dengan memberikan contoh nyata dan memotivasi mereka untuk merasakan apa yang dirasakan oleh anak berkebutuhan khusus, serta memberikan dukungan dan perhatian kepada mereka.


Selain itu, dalam kegiatan bermain, guru dan orang tua dapat merancang aktivitas yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus secara aktif dan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dengan kemampuan mereka sendiri. Misalnya, menggunakan permainan yang melibatkan indra lain selain penglihatan atau pendengaran, atau mengatur permainan kelompok yang memperkuat kerjasama dan inklusi antara anak-anak berkebutuhan khusus dan teman-teman mereka.


Penting juga bagi guru dan orang tua untuk selalu membuka komunikasi dengan anak-anak berkebutuhan khusus, mendengarkan kebutuhan mereka, dan memberikan dukungan yang diperlukan. Menghadapi tantangan dan kesulitan dalam proses pembelajaran atau bermain adalah hal yang biasa bagi anak-anak berkebutuhan khusus, dan mereka membutuhkan perhatian ekstra dan dukungan untuk mengatasi hal tersebut. Dengan memberikan dukungan yang positif dan empatik, kita dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus merasa diterima dan dihargai sebagai teman bermain yang setara.


Dalam kesimpulan, menjadi teman bermain yang empatis bagi anak berkebutuhan khusus adalah penting dalam membangun hubungan yang inklusif dan mengurangi stigmatisasi terhadap mereka. Guru dan orang tua memiliki peran yang krusial dalam membentuk sikap dan perilaku anak-anak terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan memberikan pemahaman, melibatkan mereka dalam kegiatan bermain yang inklusif, dan memberikan dukungan yang diperlukan, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang ramah bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Mari kita jadikan mereka sebagai teman bermain yang berharga dan terima mereka apa adanya.

Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di PAUD: Kunci Pendidikan Inklusif yang Optimal

 Setiap anak adalah individu unik dengan bakat dan kebutuhan masing-masing. Prinsip ini menjadi landasan penting dalam dunia pendidikan, ter...